Dia, calon suamiku

Pagi ini sambil menikmati jus lemon dan ditemani kucingku bersantai di ruang tv, aku ingin sedikit bercerita tentang dia, dia calon suami ku. Rasanya tak perlu aku beberkan siapa namanya, seperti apa wujudnya. Bagaimanapun dia aku merasa beruntung karena menjadikanku tujuan akhirnya. Rasa keberuntungan lainnya, aku memiliki calon suami yang giat bekerja dan pantang menyerah dalam meraih rezeki Allah. Apapun dia lakukan demi bisnisnya terus berkembang, melebar, dan mencapai sukses seperti harapan dan targetnya, pastinya halal.

Dari giat nya bekerja seakan-akan dia berkata padaku 'hei, calon istriku jangan lah kau ragu dengan ku, aku akan membahagiakan mu dan tetap menjaga hidupmu tetap enak seperti orang tua mu menghidupi mu'. Pantas kan kalau aku merasa beruntung? Memang dari kecil aku selalu merasa beruntung dan bersyukur karena hidupku selalu enak, tidak pernah aku merasa susah,  mau ini itu serba ada. Tapi semenjak aku dewasa aku tidak mau berleha-leha menikmati harta orang tuaku. Aku juga mencoba mencari uang untuk tambahan uang jajan ku, sambil belajar bagaimana caranya bekerja. Orang tua ku sudah tidak lagi membiayai ku semenjak beberapa tahun belakangan, kalau ada orang yang mengatakan aku masih hidup manja, masih ngetek dengan orang tua,  kamu salah. Mereka memang memfasilitasi ku, tetapi aku harus bertanggung jawab sendiri dengan segala fasilitasnya. Aku juga sudah malu jika tetap meminta, meski sepuluh ribu rupiah.
Sekarang aku juga sudah bekerja, berpenghasilan lumayan dan mencukupi segala kebutuhan ku, kehedonan ku. Apalagi yang harus diminta dari orang tua? Biar mereka menabung untuk hari tuanya. Saatnya aku dan calon suamiku saling menghidupi dengan segala kerja keras kami. Semoga dengan hadirnya calon suami ku, hidupku tetap enak. Hidup ku selalu bahagia, dan meski tidak semampu orang tuaku saat ini, tapi semoga perlahan-lahan dia bisa seperti mereka. pantas kan aku merasa beruntung?

Comments

Popular Posts