Mengenalkan Konsep Perpisahan Kepada Aluna


Perpisahan, sepertinya terdengar agak sedih yaa karena harus berpisah dengan sesuatu atau seseorang dan  akan lama untuk dapat berjumpa lagi. Tapi kalau dipikir-pikir lebay juga sihh, perpisahan kan tidak harus berpisah yang lamaaaa atau akan meninggalkan sesuatu dan tidak akan berjumpa lagi, berpisah sementara dengan anak ketika ibu harus bekerja atau ada urusan diluar rumah yang harus segera diselesaikan itu kan juga perpisahan sementara dengan anak hehehe. Tinggal bagaimana sebagai orang tua dapat mengenalkan konsep perpisahan kepada anak agar ketika harus berpisah anak tidak menangis-nangis histeris.

Semenjak Aluna sudah mengenal ibunya dan memasuki fase Separation Anxiety padahal hanya ditinggal ke dapur atau ketika waktu bermain habis dan mainannya harus dirapikan maka dia akan merengek untuk mengambil kembali mainannya. Dari situ saya mulai paham bahwa Aluna sudah mengerti dengan konsep berpisah. Saya mencoba untuk mengenalkannya serta memberi aba-aba jika waktu bermain hampir selesai atau berpamitan dengannya jika harus meninggalkan dia keluar rumah sebentar. Saya akan memberi tahu dia sejujurnya kemana saya akan pergi, berapa lama, dan untuk apa lalu saya minta dia untuk mencium saya dan sebaliknya. Jika saya sudah berjanji untuk jangka waktu 1-2 jam pergi meninggalkan dia, maka saya usahakan untuk menepati janji saya. Begitu juga dengan waktu mandi atau bermain, jika waktu bermain dan mandi sudah habis maka saya akan memberi tahu nya untuk berpisah dengan mainannya atau air mandinya, lalu bersama-sama merapikan mainan ketempat semula. Hal ini saya adopsi dari kebiasaan para coach nya di sekolah Aluna. Waktu bermain itu ada batasannya dan setiap selesai bermain maka akan berpisah dengan para toys lalu mengucapkan "bye-bye toys". Di waktu mandi juga saya beri aba-aba jika sudah waktunya selesai, biasanya saya akan mengeluarkan mantra "bath time is over, say bye-bye to water" lalu meminta Aluna untuk meletakkan mainannya di dalam gayung serta membuka karet untuk menguras air dan mengucapkan bye-bye toysss , bye-bye water see you later yaaa. Jika kata-kata itu sudah saya ucapkan makan Aluna akan mengatakan 'yaaahhhh' lalu dia bermain-main dengan air sampai benar-benar habis, maka waktu mandi pun benar-benar sudah berakhir.

Ketika sedang bermain dikamar dan saya harus ke kamar mandi atau cuci tangan setelah menggantikan popoknya maka saya akan meminta dia untuk sabar menunggu,  saya akan segera kembali serta saya beri tahu hal apa yang akan saya lakukan di luar kamar. Senang rasanya ketika dia duduk manis menunggu di pinggir kasur sambil mengoceh-ngoceh yang mungkin berkata "ma cepat sedikit cuci tangannya" hehehe. Kalau dipikir-pikir mengajarkan dia konsep berpisah ini bisa mengajarkan Aluna hal lainnya seperti kesabaran, keikhlasan, dan kedisiplinan. Dengan kata bye-bye dia jadi tahu bahwa benda yang ia miliki itu tidak selamanya milik dia atau menggunakan benda itu tidak dalam waktu lama, ada batasan waktunya. Kata bye-bye juga mengajarkan dia untuk
berpisah sementara waktu serta akan bertemu kembali dalam waktu dekat atau lama. Berpamitan dengannya dan mengatakan dengan jujur juga mengajarkan dia bahwa berpisah itu tidak perlu ditakuti dan tidak perlu menangis-nangis karena orang yang berpamitan dengannya akan segera kembali karena harus pergi sebentar. Selain itu mengajarkan pula dengan kejujuran, katakan yang sejujurnya maka orang lain akan lebih tenang ketika harus berpisah sebentar, anak akan tahu kemana orang tuanya pergi dan dia juga akan belajar sabar menanti orang tuanya kembali pulang kerumah.

"Disiplin itu tidak 'ujuk-ujuk' anak mengerti, tapi harus diajarkan sejak lahir. Jam berapa anak tidur, mandi dan makan. Ketika orang tua membiasakan anak dengan kedisiplinan, maka saat besar anak akan tertanam tetap seperti itu. Jadi bisa lebih terkontrol," tutur Annelia.
psikolog  TigaGenerasi, Annelia Sari Sari, MPsi,

Comments

Popular Posts