Lebih Enak Tinggal Dimana?
Rumah, rumah dijadikan sebagai tempat perlindungan yang paling aman. Di rumah sendiri kita akan merasa tenang karena di dalamnya kita dapat berkumpul dengan keluarga, beristirahat, merenung, dan bersantai. Tapi senyaman apakah rumah yang kita huni? bagaimana dengan lingkungannya? apakah lingkungan sekitar juga mempengaruhi kenyamanan di dalamnya? iya. Lingkungan yang baik, jalanan yang tidak ramai, dan orang-orang yang ramah pasti akan membuat kita merasa nyaman diluar maupun di dalamnya. Kali ini saya akan membahas mengenai pengalaman saya yang sempat pindah 3 kali selama tinggal di Jakarta. Sebelumnya juga saya pernah pindah rumah sebanyak 2 kali karena harus pindah ke luar kota. Total nya 5 kali. Masih memungkinkan lagi ketika nanti saya telah menikah, saya menghuni rumah saya sendiri dan belum tahu akan beberapa kali lagi saya harus pindah hehehhe.
Pertama kali saya tiba di Jakarta saya tinggal di komplek bank. Pada saat itu saya masih duduk di sekolah dasar dan saya merasa senang karena saya tinggal dekat dengan sekolah, hanya jalan kaki sekitar 10 menit. Di sana banyak anak-anak sepantara saya, jadi saya punya banyak teman untuk bermain setelah pulang sekolah. Jalanannya pun sepi, jarang ada mobil-mobil berlalu-lalang. Saya dan teman-teman bisa bermain apapun di jalanan tanpa ragu akan tertabrak. Mobil atau motor yang melintas tidak ada yang mengebut, mereka akan menjalankan kendaraannya dengan pelan. Suasanya juga sepi tidak berisik suara-suara kendaraan, tidak banyak orang yang berlalu-lalang paling hanya anak-anak kecil bermain atau berisik saat pulang sekolah dan bergerombol. Anak-anak di lingkungan ini merupakan kalangan medium high serta pola pikir dan tingkah lakunya bagus-bagus saja. Istirahat atau tidur pun tidak terganggu, duduk-duduk santai di teras sambil membaca buku atau sekedar menimati kopi juga terasa enak.
Setelah beberapa tahun saya tinggal di komplek akhirnya saya pindah keluar komplek tapi masih di kawasan yang sama dan tetap di rumah bank. Hanya saja lokasinya di pinggir jalan yang cukup besar, menjadi jalan utama di kawasan itu. Depan rumah saya adalah rumah penduduk serta taman kanak-kanak. Kalau sedang ada acara di TK berisik sekali anak-anak bersorak-sorak gembira atau mengikuti guru-guru mereka menyanyi, tapi kalau sedang jam belajar biasa tidak terlalu ramai. Tinggal di rumah ini sangat nyaman ketika berada di dalamnya, rumah yang besar dan memiliki taman di depan dan di belakang, ada lagi lahan kosong yang cukup besar untuk membakar sampah. Meskipun jalanan agak bising karena banyak kendaran lalu-lalang, banyak tukang jajanan lewat atau pun berjualan tetap tapi saya masih bisa merasa sedikit tenang karena posisi rumah tidak tepat di pinggir jalan, masih ada taman di depan rumah yang lumayan besar. Saya suka sekali tinggal di rumah ini, banyak jajanan, ramai orang, ketika merasa sepi di dalam saya duduk-duduk di teras jadi merasa tidak sepi lagi karena di samping rumah persis ada pangkalan ojek hehehhe jadi saya suka menguping pembicaraan mereka. Bapak-bapak ojek tidak pernah sepi pasti selalu ada saja orang di sana. Saya tidak lama menempati rumah ini, sekitar satu tahun lebih. Saya tidak punya teman sebaya, tetangga saya jarang keluar dan saya tidak mengenal mereka karena rata-rata sibuk, anak-anak yang seumuran saya wkatu itu ketika SMA jarang terlihat di rumah, ya sama sih dengan saya, berada di rumah hanya malam hari karena sekolah dan sibuk les ini itu. Meskipun jalanan yang ramai dan sedikit bising ketika malam hari jika ada kendaraan lewat mengebut tetapi daerah rumah ini termasuk aman, jarang ada kejadian maling atau hal semacamnya.
Rumah ketiga, yaitu rumah yang saya huni sekarang ini. Berada di daerah perkampungan katanya. Tapi saya rasa tidak, rumah-rumah di daerah itu termasuk besar-besar memang ada gang-gang kecil yang di huni oleh beberapa kalangan, namun rata-rata rumah di di gang kecil itu juga besar-besar, bahkan ada yang menyewa satu lahan dan dijadikan garasi untuk berami-ramai. Jadi dalam satu garasi terdapat beberapa mobil milik orang-orang yang berbeda. Ada juga yang memarkirkan mobilnya di kawasan ruko, di belakang ruko terdapat jalan tikus yang menghubungkan dengan penduduk-penduduk sekitar jika mau berjalan kaki menuju jalan besar. Biasanya beberapa penduduk yang berada di gang belakang ruko memarkirkan mobilnya di halaman ruko dan mereka berjalan kaki menuju ke rumahnya. Daerah rumah saya ini termasuk sepi kalau siang hari dan terbilang kurang aman disaat siang. Karena persis tetangga saya sudah 3 kali kerampokan, bahkan rumah saya juga pernah ketika pembantu saya yang sangat sangat polos itu sendirian di rumah. Rumah saya berada hampir di ujung gang dan memang sederetan rumah saya sampai di ujung gang daerah yang paling sepi, penduduknya jarang berkatifitas di depan rumah. Paling hanya mobil-mobilnya saja yang parkir di depan rumah heheh. Jalanannya juga satu arah karena hanya cukup untuk satu mobil tapi herannya jalan tersebut menjadi jalan pintas orang-orang pulang kerja. Biasanya mulai dari jam enam sore sampai jam sembilan malam akan macet total, banyak mobil yang lewat memotong jalan, terkadang sampai jam 10 malam juga masih ramai. Untungnya tidak setiap hari, hanya waktu-waktu tertentu saja dan tidak terduga, kapan akan macet dan kapan akan lancar. Kalau dari dalam rumah tidak terlalu terdengar suara bising diluar, terdengar sedikit berisik ketika macet total, suara mesin-mesin mobil dan motor berhenti itu jauh lebih tidak enak di dengar daripada mobil yang berjalan. Apalagi jika ada kendaraan yang suka tidak sabar dan jarang-jarang lewat daerah itu, biasanya suka menglakson. Namun hal itu tidak terlalu mengganggu. Tetangga di daerah rumah saya cukup ramah, saling mengenal antara tetangga meskipun tidak semuanya, tetapi jika bertemu mereka akan memberi senyuman. Kalau ada apa-apa para tetangga akan siap membatu. Saya jatuh cinta dengan suasana di rumah ketiga ini.
Dari di antara ketiga rumah dengan lokasi yang berbeda-beda saya sangat menyukai rumah ketiga, lalu kedua, dan pertama. Saya tidak terlalu suka daerah rumah yang sangat sepi dan selalu ramai. Hanya jam-jam tertentu saja akan ramai. Lingkungan tempat kita tinggal akan mempengaruhi kebiasaan dan pola pikir kita. Sebagai contoh bagaimana kita berinteraksi dengan warga sekitar. Ketika saya tinggal di komplek kalau bertemu dengan tetangga yang lebih tua daripada saya biasanya mereka keluar rumah ketika akan pergi atau berada di dalam mobil, jadi saya akan jarang tersenyum atau menyapa mereka. Di rumah kedua saya jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga, bahkan suka lupa namanya, tidak tahu yang mana orangnya, kalau bertemu di tempat lain bisa saja saya tidak kenal. Rumah ketiga sangat memberi banyak pelajaran untuk saya, saya harus rajin-rajin tersenyum jika bertemu dengan warga, kalau kenal harus menyapa atau hanya sekedar memanggil 'pak atau 'bu'. Selain itu saya jadi lebih sering berkomunikasi dengan tetangga, berbagi makanan jika memiliki lebih. Tapiiiii tetap saja saya tidak punya teman, yang sesusia saya tidak pernah keliatan, kalau pun ada ya masing-masing. Saya belum pernah merasakan tinggal di apartemen, kemungkinan setelah menikah saya akan tinggal di bangunan tinggi menjulang yang saya yakin lebih tertutup dan lebih menjaga privasi antara tetangga. Nah, bagaimana dengan lingkungan tempat tinggal kalian?
Pertama kali saya tiba di Jakarta saya tinggal di komplek bank. Pada saat itu saya masih duduk di sekolah dasar dan saya merasa senang karena saya tinggal dekat dengan sekolah, hanya jalan kaki sekitar 10 menit. Di sana banyak anak-anak sepantara saya, jadi saya punya banyak teman untuk bermain setelah pulang sekolah. Jalanannya pun sepi, jarang ada mobil-mobil berlalu-lalang. Saya dan teman-teman bisa bermain apapun di jalanan tanpa ragu akan tertabrak. Mobil atau motor yang melintas tidak ada yang mengebut, mereka akan menjalankan kendaraannya dengan pelan. Suasanya juga sepi tidak berisik suara-suara kendaraan, tidak banyak orang yang berlalu-lalang paling hanya anak-anak kecil bermain atau berisik saat pulang sekolah dan bergerombol. Anak-anak di lingkungan ini merupakan kalangan medium high serta pola pikir dan tingkah lakunya bagus-bagus saja. Istirahat atau tidur pun tidak terganggu, duduk-duduk santai di teras sambil membaca buku atau sekedar menimati kopi juga terasa enak.
Setelah beberapa tahun saya tinggal di komplek akhirnya saya pindah keluar komplek tapi masih di kawasan yang sama dan tetap di rumah bank. Hanya saja lokasinya di pinggir jalan yang cukup besar, menjadi jalan utama di kawasan itu. Depan rumah saya adalah rumah penduduk serta taman kanak-kanak. Kalau sedang ada acara di TK berisik sekali anak-anak bersorak-sorak gembira atau mengikuti guru-guru mereka menyanyi, tapi kalau sedang jam belajar biasa tidak terlalu ramai. Tinggal di rumah ini sangat nyaman ketika berada di dalamnya, rumah yang besar dan memiliki taman di depan dan di belakang, ada lagi lahan kosong yang cukup besar untuk membakar sampah. Meskipun jalanan agak bising karena banyak kendaran lalu-lalang, banyak tukang jajanan lewat atau pun berjualan tetap tapi saya masih bisa merasa sedikit tenang karena posisi rumah tidak tepat di pinggir jalan, masih ada taman di depan rumah yang lumayan besar. Saya suka sekali tinggal di rumah ini, banyak jajanan, ramai orang, ketika merasa sepi di dalam saya duduk-duduk di teras jadi merasa tidak sepi lagi karena di samping rumah persis ada pangkalan ojek hehehhe jadi saya suka menguping pembicaraan mereka. Bapak-bapak ojek tidak pernah sepi pasti selalu ada saja orang di sana. Saya tidak lama menempati rumah ini, sekitar satu tahun lebih. Saya tidak punya teman sebaya, tetangga saya jarang keluar dan saya tidak mengenal mereka karena rata-rata sibuk, anak-anak yang seumuran saya wkatu itu ketika SMA jarang terlihat di rumah, ya sama sih dengan saya, berada di rumah hanya malam hari karena sekolah dan sibuk les ini itu. Meskipun jalanan yang ramai dan sedikit bising ketika malam hari jika ada kendaraan lewat mengebut tetapi daerah rumah ini termasuk aman, jarang ada kejadian maling atau hal semacamnya.
Rumah ketiga, yaitu rumah yang saya huni sekarang ini. Berada di daerah perkampungan katanya. Tapi saya rasa tidak, rumah-rumah di daerah itu termasuk besar-besar memang ada gang-gang kecil yang di huni oleh beberapa kalangan, namun rata-rata rumah di di gang kecil itu juga besar-besar, bahkan ada yang menyewa satu lahan dan dijadikan garasi untuk berami-ramai. Jadi dalam satu garasi terdapat beberapa mobil milik orang-orang yang berbeda. Ada juga yang memarkirkan mobilnya di kawasan ruko, di belakang ruko terdapat jalan tikus yang menghubungkan dengan penduduk-penduduk sekitar jika mau berjalan kaki menuju jalan besar. Biasanya beberapa penduduk yang berada di gang belakang ruko memarkirkan mobilnya di halaman ruko dan mereka berjalan kaki menuju ke rumahnya. Daerah rumah saya ini termasuk sepi kalau siang hari dan terbilang kurang aman disaat siang. Karena persis tetangga saya sudah 3 kali kerampokan, bahkan rumah saya juga pernah ketika pembantu saya yang sangat sangat polos itu sendirian di rumah. Rumah saya berada hampir di ujung gang dan memang sederetan rumah saya sampai di ujung gang daerah yang paling sepi, penduduknya jarang berkatifitas di depan rumah. Paling hanya mobil-mobilnya saja yang parkir di depan rumah heheh. Jalanannya juga satu arah karena hanya cukup untuk satu mobil tapi herannya jalan tersebut menjadi jalan pintas orang-orang pulang kerja. Biasanya mulai dari jam enam sore sampai jam sembilan malam akan macet total, banyak mobil yang lewat memotong jalan, terkadang sampai jam 10 malam juga masih ramai. Untungnya tidak setiap hari, hanya waktu-waktu tertentu saja dan tidak terduga, kapan akan macet dan kapan akan lancar. Kalau dari dalam rumah tidak terlalu terdengar suara bising diluar, terdengar sedikit berisik ketika macet total, suara mesin-mesin mobil dan motor berhenti itu jauh lebih tidak enak di dengar daripada mobil yang berjalan. Apalagi jika ada kendaraan yang suka tidak sabar dan jarang-jarang lewat daerah itu, biasanya suka menglakson. Namun hal itu tidak terlalu mengganggu. Tetangga di daerah rumah saya cukup ramah, saling mengenal antara tetangga meskipun tidak semuanya, tetapi jika bertemu mereka akan memberi senyuman. Kalau ada apa-apa para tetangga akan siap membatu. Saya jatuh cinta dengan suasana di rumah ketiga ini.
Dari di antara ketiga rumah dengan lokasi yang berbeda-beda saya sangat menyukai rumah ketiga, lalu kedua, dan pertama. Saya tidak terlalu suka daerah rumah yang sangat sepi dan selalu ramai. Hanya jam-jam tertentu saja akan ramai. Lingkungan tempat kita tinggal akan mempengaruhi kebiasaan dan pola pikir kita. Sebagai contoh bagaimana kita berinteraksi dengan warga sekitar. Ketika saya tinggal di komplek kalau bertemu dengan tetangga yang lebih tua daripada saya biasanya mereka keluar rumah ketika akan pergi atau berada di dalam mobil, jadi saya akan jarang tersenyum atau menyapa mereka. Di rumah kedua saya jarang sekali bersosialisasi dengan tetangga, bahkan suka lupa namanya, tidak tahu yang mana orangnya, kalau bertemu di tempat lain bisa saja saya tidak kenal. Rumah ketiga sangat memberi banyak pelajaran untuk saya, saya harus rajin-rajin tersenyum jika bertemu dengan warga, kalau kenal harus menyapa atau hanya sekedar memanggil 'pak atau 'bu'. Selain itu saya jadi lebih sering berkomunikasi dengan tetangga, berbagi makanan jika memiliki lebih. Tapiiiii tetap saja saya tidak punya teman, yang sesusia saya tidak pernah keliatan, kalau pun ada ya masing-masing. Saya belum pernah merasakan tinggal di apartemen, kemungkinan setelah menikah saya akan tinggal di bangunan tinggi menjulang yang saya yakin lebih tertutup dan lebih menjaga privasi antara tetangga. Nah, bagaimana dengan lingkungan tempat tinggal kalian?
Comments
Post a Comment