Pilihan Seorang Wanita yang Menjadi Ibu
Ketika Tuhan mematahkan apa yang sudah menjadi prinsip atau keinginan seseorang pada saat itu lah lebih sering banyak manusia merasa lebih nyaman dan bahagia dengan hidupnya. Seperti saya contohnya, saya berada di lingkungan para ibu yang menjadi wanita karir dan banyak yang sukses dalam hal itu, sukses pula dalam mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang berpendidikan dan bermoral baik. Dari situ saya menjadikan mereka sebagai kaca kehidupan saya dan membuat saya berprinsip kalau sudah dewasa mau jadi wanita karir seperti mama, seperti tante ini dan tante itu, menikah di umur 25 dan memiliki anak-anak yang berpendidikan baik. Namun nyatanya Tuhan mematahkan salah satu prinsip saya itu di pertengahan pernikahan saya. Lebih tepatnya satu minggu sebelum Aluna lahir ke dunia ini. Setelah lulus kuliah saya memtuskan untuk langsung mencari job yang sesuai dengan potensi saya lalu berpindah perusahaan demi masa depan yang lebih baik, demi kehidupan yang lebih berkualitas, dan demi mencapai target sebagai wanita karir yang sukses nantinya dan akhirnya saya menikah dengan suami saya yang berwiraswasta. Dari situlah saya dituntun oleh suami untuk meninggalkan pekerjaan saya di kantor yang jam kerjanya sudah saklek, tiap bulan mendapat gaji, serta fasilitas-fasilitas lainnya yang meringkan beban keuangan kami seperti fasilitas kesehatan contohnya. Saat itu suami saya sangat membutuhkan sekali jasa saya untuk membantu usahanya dan saya diminta untuk resign. Awalnya saya sangat cemas bagaimana jika saya tidak memiliki gaji bulanan yang pasti, fasilitas kesehatan yang ditanggung perusahaan, serta kehilangan teman-teman untuk curhat atau teman belanja bareng, tapi saya memantapkan hati dan mempercayakan pada Tuhan semoga hal ini yang terbaik untuk saya dan juga demi anak saya.
Satu Minggu setelah resign lahirlah Aluna dan kehidupan saya berubah, menjadilah saya seorang ibu yang dapat merawat dan melihat tumbuh kembang Aluna setiap menitnya. Berjalannya waktu saya merasa sangat bersyukur dan beruntung sebagai wanita yang menjadi seorang ibu dan dapat merawat Aluna setiap hari tanpa bantuan nanny serta tetap memiliki pekerjaan meski hanya di rumah. Waktu itu saya pernah cemas dengan penghasilan bulanan yang tidak akan saya dapatkan lagi namun ketika saya percayakan semua kepada Tuhan, saya pasrah dan saya ikhlas dengan apa yang sudah dipilih dalam hidup ini, menjadi ibu rumah tangga salah satunya Alhamdulillah semua baik-baik saja, segala kecemasan saya larut. Tuhan menepati segala janjinya dengan mematahkan prinsip saya sebagai wanita karir ternyata kehidupan saya lebih baik, lebih berkualitas, bisa menjadi ibu yang sesungguhnya, ibu yang memiliki waktu 24 jam mengurus anaknya, tercukupi segala kebutuhan keluarga saya, hingga saya merasa selalu semangat ketika bangun pagi. Dulu, ketika saya berkarir saya harus bangun pagi dan lebih sering rasa malas untuk menuju kantor itu sering muncul. Suka membuat-buat alasan agar saya bisa izin tidak masuk kerja, di kantor pun kadang suka ngga betah, cari-cari alasan agar bisa kabur atau pulang cepat hehehe.
Saya percaya apapun yang dipilih oleh seorang ibu, berkarir atau menjadi ibu rumah tangga itu adalah pilihan tepat mereka. Mungkin saya memang ditakdirkan menjadi ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan di rumah. Dapat mengatur jam kerja sendiri serta mengasuh anak tanpa bantuan nanny. Selama kita sebagai ibu ikhlas atas segala hal yang sudah dipilih, Insyallah Allah akan meridhoinya, namun jika Allah berkata lain lebih ikhlas lah maka hidup kita sebagai wanita dan juga ibu akan lebih bahagia dan merasa selalu bersyukur.
Selamat siang, selamat menikmati hari-hari mu Mom :)
Satu Minggu setelah resign lahirlah Aluna dan kehidupan saya berubah, menjadilah saya seorang ibu yang dapat merawat dan melihat tumbuh kembang Aluna setiap menitnya. Berjalannya waktu saya merasa sangat bersyukur dan beruntung sebagai wanita yang menjadi seorang ibu dan dapat merawat Aluna setiap hari tanpa bantuan nanny serta tetap memiliki pekerjaan meski hanya di rumah. Waktu itu saya pernah cemas dengan penghasilan bulanan yang tidak akan saya dapatkan lagi namun ketika saya percayakan semua kepada Tuhan, saya pasrah dan saya ikhlas dengan apa yang sudah dipilih dalam hidup ini, menjadi ibu rumah tangga salah satunya Alhamdulillah semua baik-baik saja, segala kecemasan saya larut. Tuhan menepati segala janjinya dengan mematahkan prinsip saya sebagai wanita karir ternyata kehidupan saya lebih baik, lebih berkualitas, bisa menjadi ibu yang sesungguhnya, ibu yang memiliki waktu 24 jam mengurus anaknya, tercukupi segala kebutuhan keluarga saya, hingga saya merasa selalu semangat ketika bangun pagi. Dulu, ketika saya berkarir saya harus bangun pagi dan lebih sering rasa malas untuk menuju kantor itu sering muncul. Suka membuat-buat alasan agar saya bisa izin tidak masuk kerja, di kantor pun kadang suka ngga betah, cari-cari alasan agar bisa kabur atau pulang cepat hehehe.
Saya percaya apapun yang dipilih oleh seorang ibu, berkarir atau menjadi ibu rumah tangga itu adalah pilihan tepat mereka. Mungkin saya memang ditakdirkan menjadi ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan di rumah. Dapat mengatur jam kerja sendiri serta mengasuh anak tanpa bantuan nanny. Selama kita sebagai ibu ikhlas atas segala hal yang sudah dipilih, Insyallah Allah akan meridhoinya, namun jika Allah berkata lain lebih ikhlas lah maka hidup kita sebagai wanita dan juga ibu akan lebih bahagia dan merasa selalu bersyukur.
Selamat siang, selamat menikmati hari-hari mu Mom :)
"Tapi kalau memang by choice, ada kesepakatan antara suami istri
itu, silakan kamu kerja. Tapi kalau kemudian istri memilih untuk di
rumah dan menjadi manajer rumah. Manajer rumah itu juga bukan pekerjaan
yang gampang, me-manage rumah tangga itu sama kayak me-manage Kementerian Keuangan. Rumitnya sama itu. Emosinya bahkan lebih gede dalam hal itu.
Jadi saya menganggap bahwa itu adalah pilihan yang luar biasa juga penting. Tapi yang saya bisa sampaikan kepada perempuan menyiapkan diri dan jangan kaget kalau harus menghadapi titik-titik pengambilan keputusan." - Sri Mulyani - Menteri Keuangan Indonesia
Jadi saya menganggap bahwa itu adalah pilihan yang luar biasa juga penting. Tapi yang saya bisa sampaikan kepada perempuan menyiapkan diri dan jangan kaget kalau harus menghadapi titik-titik pengambilan keputusan." - Sri Mulyani - Menteri Keuangan Indonesia
(https://finance.detik.com/wawancara-khusus/d-3480351/sri-mulyani-bicara-tentang-pilihan-wanita-karir-atau-ibu-rumah-tangga)
Comments
Post a Comment